16 Tahun Reformasi: Di Mana Mahasiswa Hari Ini?

Muhammad Abie Zaidannas Suhud – Future Leaders Party UGM

Enam belas tahun lalu di bulan yang sama jutaan manusia hiruk-pikuk membanjiri gedung hijau setengah lingkaran. Pakaiannya warna-warni tapi mereka sama, sama-sama mahasiswa dan sama-sama muak dengan rezim panjang Orde Baru yang penuh dengan darah dan kebohongan. Enam belas tahun lalu mahasiswa jadi harapan dan tumpuan bangsa dan punya tempat bergengsi di dalam struktur sosial masyarakat Indonesia. Bagaimana dengan mahasiswa hari ini?

– – – – – – – –

Sebelum dan pada era reformasi (banyak) mahasiswa rutin menghabiskan malam untuk membaca buku-buku terlarang atau sekedar bincang-bincang yang berujung pada topik yang subversif. Ada banyak cerita tentang bagaimana sulitnya menyelenggarakan diskusi-diskusi tanpa dihadiri oleh sejumlah agen intelijen Orde Baru di tengah-tengah peserta diskusi yang bisa mengakibatkan peserta diskusi duduk semalam atau lebih di hotel prodeo esok harinya. Gerakan mahasiswa senantiasa identik dengan protes menyuarakan aspirasi rakyat dan aksi subversif. Tidak akan cukup rasanya satu-dua jilid buku untuk membahas lebih jauh tentang pergerakan mahasiswa pada era pra-reformasi sehingga tidak mungkin pembahasan tersebut dapat dibahas secara utuh disini.

Pasca reformasi gerakan mahasiswa mengalami perubahan yang cukup signifikan. Posisi pemerintah yang tidak selalu dapat ditempatkan sebagai ‘musuh bersama’ dari mahasiswa dan rakyat menjadikan gerakan mahasiswa yang bernuansa konfrontatif tidak dilirik sebagai sesuatu yang menarik. Akibat kondisi ekonomi yang lebih baik serta kebebasan berbicara yang mumpuni, gerakan mahasiswa bergerak menuju bentuk yang lebih less confrontative. Perubahan yang demikian tidak jarang diikuti dengan komentar miring (terutama dari golongan tua) yang memposisikan gerakan mahasiswa kontemporer sebagai gerakan yang lemah dan tidak punya ‘taring’ dan posisis kuat di mata pemerintah. Hal ini kemudian diikuti dengan banyaknya intervensi ‘golongan tua’ atau eks aktivis era reformasi kepada organisasi-organisasi mahasiswa yang seringkali berujung dengan politisasi organisasi gerakan mahasiswa.

Reformasi yang diikuti dengan munculnya lembaga-lembaga advokasi dari pemerintah membuat peran mahasiswa sebagai corong suara rakyat semakin berkurang. Dengan demikian, pemerintah tidak lagi dapat semena-mena menindas rakyat seperti dulu, terlebih dengan mata tajam dari media massa yang tanpa batas. Dengan adanya desentralisasi, isu lokal menjadi sangat penting sehingga masyarakat lebih aware dengan proses politik dan advokasi yang ada disekitarnya diikuti dengan partisipasi politik yang lebih aktif dari masyarakat.

Akhirnya, gerakan mahasiswa pasa reformasi berubah bentuk dari gerakan protes menjadi gerakan pembangunan. Mengkritik pemerintah dan menuntut ini-itu tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang relevan dalam kehidupan mahasiswa. Gerakan mahasiswa kontemporer memandang partisipasi aktif sebagai bentuk paling relevan dalam gerakan mahasiswa melalui serangkaian program-program pengabdian masyarakat sebagai inti gerakan mahasiswa. Hal yang demikian ditandai dengan bermunculannya komunitas-komunitas mahasiswa yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan hidup, bidang pemberdayaan masyarakat, bidang kepemimpinan dan bidang-bidang lainnya pada sekitar tahun 2000an.

Gerakan mahasiswa yang demikian kemudian kemudian berkembang dan bertransformasi menjadi gerakan-gerakan populer seiring dengan berkembangnya media dan teknologi informasi. Mahasiswa seringkali menjadi motor penggerak dalam berbagai kampanye terhadap suatu isu spesifik yang memiliki sifat dan waktu yang terbatas sehingga gerakan mahasiswa saat ini memiliki bentuk yang lebih sederhana dengan jumlah orang yang sedikit serta waktu yang terbatas. Bahkan dengan pesatnya media sosial di Indonesia, gerakan mahasiswa dapat dilakukan di depan layar komputer dan menghasilkan efek besar melalui beberapa klik dan beberapa baris tulisan.

Semua paparan di atas menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa masih menjadi sebuah isu yang relevan pada hari ini. Mahasiswa pada saat ini dan di masa yang akan datang dengan tidak akan pernah ketinggalan dalam melakukan tugasnya sebagai agent of change, social control dan iron stock karena gerakan mahasiswa, kecil atau besar, di lapangan atau di depan komputer akan senantiasa diikuti dengan perubahan positif bagi masyarakat. Sekarang, semuanya hanya tergantung kepada mahasiswa untuk berada di mana. Di dalam usaha positif untuk menciptakan perubahan masa depan semua, atau semata-mata belajar dan berprestasi untuk masa depan sendiri?

Leave a comment